Halo baraya Bandung, Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Bandung mewariskan sejumlah bangunan yang bernilai sejarah, sebagai salah satu bukti dari eksistensi dan kejayaan kota pada masa lampau.
Museum Monumen Perjuangan Rakyat (MONPERA) Jawa Barat ini juga menampilkan sejarah asal mula Bandung. Selain berbagai senjata maupun artefak peninggalan masa penjajahan, di dlam museum juga ditampilkan sejarah berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ketika masuk dari pintu utama dan menuruni tangga, terlihat sederetan manikin (boneka manusia), yang memakai seragam militer tentara Jepang, Belanda hingga tentara Indonesia pada masa perjuangan.
Dibangunya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat ini sebagai bentuk penghargaan terhadap para pahlawan dan pejuang yang rela bertaruh nyawa demi memerdekakan rakyat Jawa Barat pada masa penjajahan Jepang dan Hindia Belanda.
Selain itu, didirikannya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat adalah bentuk pewarisan nilai-nilai sejarah para pejuang untuk generasi sekarang.
Monju Jawa Barat terletak di jalan Dipatiukur nomer 48 Bandung. Area ini terbentang sepanjang 7,9 hektare. Terbagi dalam area plaza sepanjang 2,5 hektar dan taman 5,4 hektar.
Monju Jawa Barat sejajar dengan Gedung sate di jalan Dioponegoro. Lalu dipisahkan dari jalan Adipati, jalan Surapati, alun-alun Gasibu, dan taman jalan Dioponegoro. Penampakan Gedung sate akan terlihat jika berada di Monju Jawa Barat.
Monju Jawa Barat dirancang oleh arsitek asal Bandung yaitu, Slamet Wirasonjaya dan seorang seniman bernama Sunaryo. dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat, Raden Nana Nuriana pada 23 Agustus 1995. Proses pembangunan monumen dan sekitarnya mamakan waktu 5 sampai 6 bulan. Sejak April 2010, monument dikelola oleh Arkeologi, Sejarawan, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat (BPKSNT).
Tampilan depan Monju Jawa Barat terdapat serumpun yang menyerupai bambu yang terdiri dari 5 pilar berjejer vertikal dan melengkung. Pilar tertinggi 17 menandakan tanggal kemerdekan Republik Indonesia. Bambu itu merupakan bentuk simbolis dari senjata tradisonal.
Di samping tugu terdapat relief yang menceritakan tentang perjuangan penduduk jawa barat. Perjuangan digambarkan dari masa kerajaan, pergerakan, dan kemerdekaan. Di bagian dinding yang lain terdapat prasasti berbahasa Sunda yang diukir oleh Saini Km, seorang seniman kelahiran Sumedang.
Di bawah Monju Jawa Barat terdapat sebuah museum yang memiliki 7 koleksi diorama. Ketujuh diorama adalah bentuk dari potret sejarah selama periode perjuangan Rakyat Jawa Barat pada masa itu. Ada juga catatan pertempuran penting yang terjadi di Jawa Barat lalu koleksikan dan dipajang dalam museum.
Diorama terdiri dari, perjuangan Sultan Agung Tirtayasa Bersama rakyat menentang colonial Belanda tahun 1658, partisipasi rakyat dalam pembangunan jalan di Sumedang, perundingan Linggarjati 1946, Bandung Lautan Api 24 Maret 1946, long march Siliwangi Januari 1949, konfrensi Asia Afrika di Bandung 1955, terakhir operasi Pagar Betis 1962.
Selain diorama, ada juga ruang pameran yang menampilkan koleksi-koleksi benda berkaitan dengan sejarah perjuang rakyat Jawa Barat. Terdapat pajangan pucuk pistol VOC abad 16, tombak hasil rampasan di zaman kolonial Jepang dan samurai milik perwira Jepang. Dan beragam artefak bersejarah lainya.
Kemudian ada ruang informasi yang berfungsi sebagai tempat menginformasikan mengenai tokoh, tempat pariwisata, dan beberapa kisah sejarah. Terdapat pula ruang perkantoran dan perpustakaan.
Di tahun 2021, area taman Monju Jawa barat di revitalisasi ulang oleh pemerintah Kota Bandung. Yang bertujuan untuk memberikan wajah baru bagi Monju Jawa Barat. Dan diharapkan menjadi ikon baru Jawa Barat yang mudah dikenali masyarakat Indonesia.
Biasanya, di akhir pekan Monju selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan atau wargi lokal. Disekitaranya juga banyak terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam jajanan. Tapi, saat masa PPKM Darurat yang sedang berlangsung, akses ke Monju Jawa Barat di tutup sementara.